Sementara itu, dalam bisnis kelinci pedaging, bagian kelinci yang diperjualbelikan dapat lebih variatif. Selain dijual dalam keadaan hidup, kelinci juga dapat dijual dalam bentuk karkas dan fillet. Karkas kelinci merupakan tubuh kelinci utuh yang dikuliti serta dihilangkan bagian kepala dan jeroannya. Sementara itu, fillet kelinci merupakan daging kelinci murni yang sudah dibuang tulangnya.
Namun dalam pengembangannya, daging kelinci belum populer di masyarakat karena faktor kebiasaan makan dan efek psikologis yang menganggap kelinci merupakan hewan kesayangan. Untuk mengatasi hal tersebut, daging kelinci dapat dipasarkan dalam bentuk olahan. Selain meningkatkan nilai tambah, aneka olahan berupa sosis, bakso, siomay, nugget, dendeng dan abon juga dapat menciptakan peluang tersendiri. Produk olahan daging ini siap bersaing dengan produk sejenis berbahan ayam, kambing atau sapi.
Selain daging, bagian kelinci yang juga potensial untuk diuangkan adalah kulit bulu "fur". Tetapi kebanyakan peternak hanya mengandalkan penjualan berupa kelinci hidup. Sebenarnya peluang penjualan fur kelinci terbuka lebar. Pasalnya, saat ini industri kulit sudah mulai melirik kulit dan bulu kelinci sebagai bahan dasarnya. Peluang besar justru datang dari pasar ekspor. Umumnya, mereka mensyaratkan pengiriman yang cukup besar, yakni minimum 2.000 lembar kulit dalam setiap pengiriman, syarat lainnya pengiriman dituntut harus konsisten.
Tak kalah prospeknya, urine dan feses kelinci dapat diolah menjadi pupuk organik. Berbagai penelitian menunjukkan, pupuk organik yang berasal dari urine dan feses kelinci lebih unggul ketimbang pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi atau domba. Mengenai kebutuhan pasar akan pupuk organik tidak perlu diragukan lagi. Apalagi tren pertanian sedang mengarah pada penggunaan pupuk organik dan mulai meninggalkan penggunaan pupuk kimia.
Sumber : "Beternak & Bisnis Kelinci Pedaging"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar